Sewindu Festival Kopi Papua: Mengukir Sejarah Cita Rasa dan Menguatkan Denyut Ekonomi UMKM Lokal
INFO Tanahmerah– Udara di Jayapura pagi itu terasa berbeda. Aroma sedap dan menggugah selera dari ratusan seduhan kopi menari-nari di antara gemericik air mancur dan semangat para pelaku usaha. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua bukan lagi sekadar institusi moneter yang angker, tetapi telah berubah menjadi episentrum dari sebuah perayaan besar: Sewindu Festival Kopi Papua. Pada Kamis, 11 September, gelaran festival yang telah berjalan delapan tahun ini kembali membuktikan dedikasinya sebagai pilar penguatan ekonomi kreatif dan pelestarian warisan budaya Tanah Papua.
Lebih dari sekadar pameran, festival ini adalah sebuah narasi panjang tentang perjuangan, identitas, dan harapan. Dengan melibatkan 21 UMKM unggulan dari berbagai penjuru daerah, festival ini berhasil menghadirkan sebuah mozaik cita rasa yang autentik dan tak tertandingi. Setiap stan bukan hanya menjual kopi, tetapi bercerita tentang tanah tempat biji kopi itu tumbuh, tentang tangan-tangan terampil yang merawatnya, dan tentang budaya yang memayunginya.
Lebih dari Sekadar Secangkir Kopi: Sebuah Gerakan Ekonomi
Tema sentral dari perhelatan selama sewindu ini konsisten: memberikan manfaat ekonomi yang lebih luas bagi masyarakat Papua. Bank Indonesia, dalam perannya sebagai penggerak ekonomi nasional, memahami betul bahwa potensi kopi Papua bukanlah sekadar komoditas, tetapi sebagai game changer bagi kesejahteraan masyarakat lokal.
“Festival Kopi Papua ini adalah salah satu wujud komitmen Bank Indonesia dalam mendukung pengembangan UMKM, khususnya di sektor kuliner dan pariwisata. Kopi adalah produk unggulan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan mampu menciptakan multiplier effect yang besar,” ujar seorang perwakilan BI Papua dalam sambutannya.

Baca Juga: Operasi Udara dan Darat Dikerahkan untuk Evakuasi Korban di Lokasi Jatuhnya PK-IWS
Melalui festival ini, BI tidak hanya memberikan panggung, tetapi juga pembinaan berkelanjutan. Para pelaku UMKM dibekali dengan pengetahuan tentang standardisasi produk, kemasan yang menarik, manajemen keuangan, dan yang terpenting, cara memasarkan produk mereka hingga ke kancah nasional bahkan global. Hasilnya tampak nyata: kopi-kopi asal Wamena, Dogiyai, Tolikara, Pegunungan Bintang, dan daerah lainya kini tidak lagi menjadi konsumsi lokal semata, tetapi telah menjadi buruan para coffee enthusiast dan para pemilik kedai kopi ternama di kota-kota besar.
Merayakan Keautentikan dan Keragaman Rasa
Berjalan dari satu stan ke stan lainnya di Festival Kopi Papua ibarat melakukan perjalanan kuliner melalui dataran tinggi dan lembah di Papua. Setiap daerah menawarkan profil rasa yang unik, sebuah cerminan dari terroir—kondisi tanah, ketinggian, dan iklim—yang spesifik.
-
Kopi Wamena: Sang legenda. Tumbuh di ketinggian di atas 1.500 meter di atas permukaan laut, kopi Wamena terkenal dengan aroma rempahnya yang kuat, dengan rasa yang cenderung fruity dan acidity yang lembut namun kompleks.
-
Kopi Dogiyai: Menawarkan karakter yang berbeda, seringkali dengan rasa yang lebih bold, earthy, dan memiliki aftertaste yang panjang yang mengingatkan pada cokelat gelap.
-
Kopi dari Pegunungan Bintang: Kopi yang masih jarang ditemui ini justru menyimpan kejutan dengan karakteristik rasa yang bersih dan cerah, seringkali dengan nuansa floral dan citrus.
Pengunjung tidak hanya disuguhi seduhan manual brew atau espresso, tetapi juga inovasi-inovasi baru. Mulai dari kopi susu khas Papua dengan campuran rempah lokal, hingga produk turunan seperti sabun lulur kopi dan body scrub yang memanfaatkan limbah biji kopi. Inovasi ini menunjukkan bahwa para pelaku UMKM Papua tidak hanya berjualan, tetapi juga berpikir kreatif untuk meningkatkan nilai tambah dan mengurangi limbah.
Dampak Berkelanjutan: Membangun Jaringan dan Meningkatkan Kesejahteraan
Nilai strategis festival ini terletak pada kemampuannya menjembatani produsen dengan konsumen, pembeli besar, dan investor. Banyak kedai kopi dari luar Papua yang sengaja datang untuk cupping dan melakukan pembelian dalam volume besar. Jaringan yang terbentuk inilah yang kemudian memberikan dampak berkelanjutan.
Dampaknya langsung terasa di tingkat petani dan pengrajin. Dengan meningkatnya permintaan, harga biji kopi green bean yang diterima petani pun semakin kompetitif. Hal ini memberikan insentif bagi generasi muda Papua untuk tidak meninggalkan kebun kopi keluarga mereka, melainkan mengelolanya dengan cara-cara modern yang lebih menguntungkan. Ekonomi sirkular pun tercipta; keuntungan dari penjualan kopi kembali ke daerah dan digunakan untuk memakmurkan komunitas lokal.
Menatap Masa Depan: Dari Jayapura untuk Dunia
Delapan tahun bukan waktu yang singkat. Konsistensi penyelenggaraan Festival Kopi Papua telah berhasil menempatkan kopi Papua di peta persaingan industri kopi spesialti Indonesia dan dunia. Prestasi ini adalah buah dari kolaborasi antara Bank Indonesia, Pemerintah Daerah, akademisi, dan tentu saja, para petani serta pelaku UMKM yang tak kenal lelah.
Ke depan, tantangannya adalah menjaga konsistensi kualitas, meningkatkan volume produksi tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan, serta memperkuat branding kolektif “Kopi Papua” di kancah internasional. Digitalisasi dan e-commerce juga menjadi kunci untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
Sewindu Festival Kopi Papua telah membuktikan bahwa secangkir kopi bisa menjadi medium yang powerful untuk perubahan. Di dalam setiap tegukan kopi Papua, terkandung bukan hanya rasa yang kaya, tetapi juga cerita tentang kekayaan alam, kearifan lokal, dan semangat masyarakat Papua untuk bangkit dan sejahtera. Festival ini adalah bukti nyata bahwa ketika potensi lokal didukung dan dikelola dengan serius, hasilnya akan dinikmati oleh banyak pihak, dari pegunungan Papua hingga ke pecinta kopi di seluruh penjuru dunia.