Breaking News
"Berita" adalah sajian informasi terkini yang mencakup peristiwa penting, fenomena sosial, perkembangan ekonomi, politik, teknologi, hiburan, hingga bencana alam, baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Kontennya disusun berdasarkan fakta dan disampaikan secara objektif, akurat, dan dapat dipercaya sebagai sumber referensi publik.
BRIMO BRIMO BRIMO BRIMO

Di Jantung Kota Tua, Ditemukan Terowongan Rahasia Peninggalan Kolonial

Di Jantung Kota Tua, Ditemukan Terowongan Rahasia Peninggalan Kolonial

BRIMO

Suara Kebijaksanaan dari Lembah Tolikara: Tokoh Adat Serukan Penolakan Aksi Anarkis, Utamakan Damai dan Persatuan

INFO Tanahmerah– Di jantung Pegunungan Tengah Papua, Kabupaten Tolikara dikenal dengan sebutan yang penuh makna: “Kota Injil”. Julukan ini bukan sekadar label, tetapi sebuah identitas yang mencerminkan fondasi iman, ketertiban, dan harmoni yang telah dibangun puluhan tahun. Kini, ketika gelombang isu dan potensi gejolak sosial mengancam ketentraman, suara-suara yang paling dihormati di tanah ini bangkit: para tokoh adat. Dengan penuh wibawa, mereka menyuarakan seruan bersama untuk menolak segala bentuk anarkisme, mengedepankan perdamaian, dan menjaga persatuan yang menjadi napas kehidupan masyarakat Tolikara.

Menjaga Mahkota “Kota Injil” dari Bara Konflik

Seruan ini bukan datang tanpa alasan. Dalam beberapa waktu terakhir, arus informasi dan ajakan untuk melakukan demonstrasi mencuat, berpotensi memicu ketidakstabilan. Menyikapi hal ini, para pemimpin adat tidak tinggal diam. Mereka melihat bukan hanya dampak langsung kerusuhan, tetapi juga ancaman terhadap masa depan pembangunan dan kerukunan yang telah susah payah dijaga.

Di Jantung Kota Tua, Ditemukan Terowongan Rahasia Peninggalan Kolonial
Di Jantung Kota Tua, Ditemukan Terowongan Rahasia Peninggalan Kolonial

Baca Juga: Kabar Resmi Persipura Tinggalkan Stadion Mandala untuk Championship 2025/2026

Victor Kogoya, salah seorang tokoh adat yang disegani, menyampaikan imbaunya dengan jelas dan tegas. “Saya mengimbau dan mengajak seluruh masyarakat Tolikara untuk tidak terpengaruh isu demo yang sedang marak. Jadikan kota injil Tolikara tetap aman dan damai,” ujarnya. Kata-kata Victor bukan sekadar permintaan, melainkan sebuah peringatan yang bijak. Ia mengingatkan semua pihak bahwa stabilitas adalah prasyarat utama untuk menikmati pembangunan, pendidikan yang lancar, dan ekonomi yang tumbuh.

Suara dari Dua Distrik: Seruan untuk Menahan Diri

Dukungan terhadap seruan perdamaian ini datang dari berbagai penjuru Tolikara, menunjukkan bahwa pesan ini adalah sebuah gerakan kolektif, bukan suara yang terisolasi. Yosef Mimin, yang mewakili Kepala Suku dari dua distrik, Okbibab dan Okbab, menegaskan pentingnya menahan diri.

“Atas nama kepala suku dua distrik, saya menyampaikan agar tidak demo atau melakukan tindakan anarkis terhadap pemerintah daerah maupun pemerintah pusat,” tegas Yosef. Pernyataannya menekankan bahwa tindakan yang merugikan kepentingan publik hanya akan berujung pada penderitaan masyarakat sendiri. Ia mengajak warganya untuk menjadi penjaga ketertiban, bukan perusaknya.

Dewan Adat Bersuara: Penyaringan Informasi sebagai Benteng Pertahanan

Puncak dari seruan kolektif ini datang dari lembaga tertinggi adat. Januarius Uwok Danak, selaku Kepala Suku Dewan Adat yang mewakili enam distrik dan 53 kampung, menyampaikan pesan yang sangat relevan dengan era digital ini: pentingnya menyaring informasi.

“Saya mengingatkan agar masyarakat tidak memperhatikan isu-isu yang merugikan pemerintahan, tidak mengikuti aksi unjuk rasa yang menentang pemerintah, serta tidak melakukan tindakan anarkis,” kata Januarius. Pesannya cerdas dan kontekstual. Di tengah banjirnya informasi yang seringkali tidak jelas sumbernya, kebijaksanaan adat mengajak masyarakat untuk bersikap kritis, tidak mudah terprovokasi, dan memilih jalan dialog yang damai.

Ajang unjuk rasa, meski merupakan hak demokratis, dapat disalahgunakan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Dewan Adat melihat hal ini dan ingin melindungi masyarakatnya dari menjadi alat atau korban dalam agenda yang tidak jelas.

Melampaui Larangan: Memulihkan Jalan Dialog dan Kekerabatan

Seruan para tokoh adat ini sesungguhnya lebih dari sekadar larangan berdemo. Ini adalah upaya untuk memulihkan cara-cara penyelesaian masalah yang sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya Papua: dialog. Dalam tradisi adat, setiap perselisihan diselesaikan dengan duduk bersama, berbicara dari hati ke hati, dan mencari titik terang yang memulihkan hubungan kekerabatan.

Aksi anarkis dan destruktif justru mengubik nilai-nilai ini. Mereka memutus jalur komunikasi dan meninggalkan luka serta dendam. Para tokoh adat, dengan kewibawaannya, sedang mengajak masyarakat kembali ke jalan nenek moyang: jalan musyawarah dan mufakat.

Dampak Positif bagi Pembangunan dan Masa Depan Tolikara

Imbauan bersama ini memiliki dampak yang sangat strategis. Pertama, ia menciptakan iklim yang kondusif bagi investasi dan pembangunan. Investor dan pemerintah akan lebih percaya diri menanamkan modal dan programnya di daerah yang aman dan stabil. Kedua, ia memperkuat kepercayaan publik terhadap kepemimpinan adat dan pemerintah setempat. Masyarakat melihat bahwa para pemimpinnya pro-aktif menjaga keselamatan mereka.

Ketiga, dan yang paling penting, seruan ini memperkuat ketahanan sosial masyarakat Tolikara. Dengan menolak hasutan dan provokasi, masyarakat membangun benteng sendiri terhadap segala upaya pemecah belahan dari mana pun datangnya.

Dalam gejolak zaman yang penuh dengan perubahan cepat dan disrupsi informasi, peran tokoh adat justru semakin krusial. Mereka adalah penjaga gawang nilai-nilai luhur, suara yang menenangkan di tengah hiruk-pikuk, dan pemandu yang mengarahkan masyarakatnya pada kemaslahatan bersama.

Seruan dari Tolikara ini adalah sebuah contoh nyata bagaimana kearifan lokal bukanlah sesuatu yang kuno, melainkan sebuah solusi yang sangat modern dan dibutuhkan. Dengan menjunjung tinggi damai, menolak anarkisme, dan mengutamakan persatuan, masyarakat Tolikara di bawah bimbingan para tokoh adatnya, tidak hanya menjaga “Kota Injil” saat ini, tetapi juga membangun warisan damai yang abadi untuk generasi-generasi mendatang. Mereka mengajarkan pada kita semua bahwa kekuatan sejati bukan terletak pada kekerasan, tetapi pada kemampuan untuk menjaga persatuan dalam keberagaman dan menyelesaikan perbedaan dengan bijaksana.

Klik Disini